Better than love
Better that life itself
Are u Game?
Malem tadi, sambil nunggu mata ini merasakan kantuk, iseng – iseng aku mengecek koleksi dipidi-ku. Sempat melihat – lihat beberapa film sampai akhirnya aku memutuskan untuk menonton ulang (entah untuk yang keberapa kalinya) sebuah film perancis “Love me if you dare!” (Jeux d’enfants) one of my favourite film ever. Film tentang “endless love” yang sangat indah, seindah pemandangan gedung – gedung gothic di Perancis dan tentu logat bahasanya yang konon katanya paling romantis sedunia.
Well, langsung aja ya aku share jalan cerita film itu.
Sepasang anak berusia 8 tahun, Sophie (Josephine Lebas-Joly) dan Julien (Thibault Verhaeghe) yang seakan ditakdirkan untuk terus bersama sejak pertama kali mereka bertemu ketika Julien membela Sophie yang sedang di ejek oleh sekelompok anak sebagai “dirty polack” just because she is a polish (polandia). Dan sejak itu pula “permainan” dimulai. Setiap saat mereka bertukar sebuah mainan simbolik, maka seseorang yang mendapatkan mainan tersebut harus juga mengambil “dare” dan melakukan apapun yang diminta lawan mainnya. “Dare” mereka mulai dari kencing dicelana ketika dipanggil kepala sekolah, mengucapkan kata – kata porno di dalam kelas, mengacaukan pernikahan kakak perempuan Sophie dll.
Ketika mereka dewasa, permainan itu semakin menjadi – jadi dan tantangannya semakin memicu adrenalin. Tapi ternyata kemudian mereka menyadari kalo mereka saling tertarik walau awalnya mereka terlihat tidak mengakui hal itu hingga akhirnya Sophie (ketika dewasa diperankan oleh Marion Cotillard) ”dare” Julien (Guillaume Canet) untuk tidak bertemu selama 1 tahun. Dan kenyataannya 4 tahun kemudian mereka baru bisa bertemu lagi. Saat itu ternyata dimanfaatkan Julien untuk menyakiti hati Sophie dengan memintanya untuk menjadi saksi pernikahan dia dan istrinya dengan cara seakan – akan Julien memproposed Sophie untuk menikah dengannya (it’s one of my fave scene!). Ketika akhirnya Julien menikahi wanita itu, Sophie dengan lantang berteriak ”No” ketika pendeta yang memberkati pernikahan mereka itu bertanya pada audien jika ada diantara mereka yang menentang pernikahan itu. Adegan selanjutnya menggambarkan Ayah Julien yang marah besar, Julien yang terlihat bingung dan kecewa hingga selanjutnya Sophie memberi satu ”dare” lagi untuk Julien supaya mereka tidak bertemu selama 10 tahun.
Selama 10 tahun itu, Julien menjalani pernikahan yang terlihat bahagia dengan karir yang mapan, istri yang cantik dan kedua anak yang lucu. Walau ternyata selama itu pula Julien tidak bisa menepis bayang – bayang Sophie dari pikirannya dan menunggu saat dimana mereka bisa kembali bertemu. Dan ketika akhirnya saat yang dinanti itu tiba, bang! Game itu kembali dimainkan.
Akhir cerita film itu menggambarkan sesuatu yang bisa diinterpretasikan secara berbeda. Sang sutradara seakan mempersilahkan penontonnya untuk memilih sendiri, apakah film itu berakhir tragis atau happy ending. Bayangkan adegan penutup dimana Sophie & Julien berada di bawah lubang sebuah areal project konstruksi dan perlahan – lahan lapisan semen menutupi tubuh mereka berdua yang sedang berciuman sambil berpelukan dan mengubur mereka didalamnya. Menggambarkan cinta mereka yang seolah hanya dipisahkan oleh kematian? Well, artikan sendiri ya.
My Room
November 14, 2007
11:12 PM