Setelah ngobrol ngalor ngidul ga keruan, aku, Om Oi, Om Ai, Irma dan Irna, memantapkan tekad untuk keluar menembus dinginnya udara di cimahi untuk mencapai satu tujuan: Nonton Midnight di Blitz Megaplex.
Keluar dari rumah jam 11 malem,kami sampe di Blitz jam 11.30, ngebut banget deh pokoknya! Sampe sana, sempet bingung milih film apa, akhirnya kami pilih nonton film The Brave One karena tertarik sama nama besar Jodie Foster.
Filmnya maen jam 12.30, so sambil nunggu waktu kami ngupi – ngupi dulu di pelataran luar dan it’s so damn cold out there! Aku memaki – maki diri karena dengan pedenya keluar rumah cuma pake jerseynya MU kesayangan..hu..hu..dingin banget
Sejam ngupi – ngupi, dan ngemil french fries, kami langsung masuk bioskop karena filmnya udah mau mulai. Mataku dah rada ngantuk juga, aku berharap filmnya rame supaya ga ketiduran di bioskop
Well, I’ll telling u about the movie ya..
Film itu bercerita tentang seorang penyiar radio di New York, Erica Bain(diperankan dengan excellent oleh Jodie Foster) yang hidup bahagia dengan kekasihnya, David Kirmani (Naveen Andrews) dan mereka berencana buat menikah dalam waktu dekat.
Sampai suatu malam ketika mereka berjalan di taman kota, mereka menyadari anjing kesayangan mereka lenyap dari pandangan. Mereka sibuk mencari anjing itu sampai akhirnya mereka melihat anjing mereka itu ada di ujung terowongan tua yang ada ditaman itu. Ternyata anjing mereka ditangkap oleh tiga orang preman yang meminta uang dengan paksa, hingga kemudian terjadi perkelahian yang tidak seimbang antara 3 orang preman dengan pacarnya itu. Saking brutalnya, pacarnya mati ditempat dengan kondisi mengenaskan sedangkan Erica koma selama 3 bulan dengan kondisi yang tidak kalah mengenaskan.
Ketika siuman dan mendapati dirinya berada di suatu rumah sakit, Erica harus menerima kabar bahwa pacarnya sudah meninggal. She was desperate, miserable bercampur dengan dendam yang berkecamuk di hatinya. Parahnya lagi, pihak kepolisian seperti tidak bisa berbuat apapun untuk menemukan 3 orang preman pelaku pembunuhan itu.
Erica kecewa hingga akhirnya dia memutuskan untuk “menyelesaikan sendiri”, dan kemudian membeli pistol secara illegal di sebuah took senjata. Sepertinya Tuhan menakdirkan Erica untuk berada dalam satu keadaan dimana dia harus terlibat dalam “pertarungan” dengan para pelaku kejahatan. Kondisi pertama, ketika secara tidak sengaja Erica memergoki satu pembunuhan yang dilakukan seorang pria kepada istrinya di suatu swalayan, kondisi yang membuat dia berada dalam satu keadaan “membunuh atau dibunuh”. Kedua, Erica terpaksa membunuh 2 orang preman yang berniat mengganggunya di subway kota Newyork. Ketiga, Erica terpaksa membunuh seorang pemabuk yang berniat membunuh dia dan seorang pelacur yang dia selamatkan dari pemabuk itu. Keempat, dipicu oleh dendamnya yang meluap kepada orang jahat, dia membunuh seorang penjahat kelas kakap.
Pertemuannya dengan detective Sean Mercer (Terrence Howard) yang juga sedang menyelidiki keempat pembunuhan tadi, sempat membuka harapan Erica untuk menemukan pembunuh kekasihnya itu. Suatu ketika polisi berhasil menangkap salah seorang pelaku pembunuhan kekasih Erica, tapi ketika Erica diberitahu oleh polisi, dia memilih untuk “menyelesaikannya” dengan tangannya sendiri. Erica melacak sendiri keberadaan para pelaku tersebut dan akhirnya berhasil menemukan para penjahat itu.
Bagaimana akhirnya? Well ga seru kalo aku sampaikan disini, tapi yang pasti klimaks di film itu sangat unpredictable dan mengharukan. Film ini dengan baik menggambarkan bahwa ketika kita kehilangan seseorang yang kita kasihi dengan cara yang tidak bisa kita terima, kita bisa memilih untuk melanjutkan hidup tapi dengan jiwa yang kosong selama bertahun – tahun, atau memilih menuntaskan dendam kita untuk kemudian menjadi orang yang baru sama sekali.
Waaahh…. curang si ka indra… endingnya gmn eyy..?? jadi penasaran nechhh…. hayah.. *_*