Well, buat saya traveling itu tidak hanya sekedar datang ke suatu tempat yg menarik, foto2, beli souvenir dan that’s all lalu pulang. Traveling buat saya beyond of those all, bagaimana selain menikmati perjalanan itu sendiri juga bisa mendapatkan sesuatu yg priceless, lebih berharga dari uang yang kita habiskan untuk tiket pesawat, akomodasi dan biaya hidup di satu tempat yang kita kunjungi. Bo, jauh2 traveling hanya untuk hunting gantungan kunci atau magnet kulkas is soo not my style hehehe. Oke itu adalah souvenir, tapi menurut sy souvenir terbaik itu ya cerita perjalanan itu sendiri 🙂
Perjalanan saya selama hampir 3 minggu mengunjungi London, Barcelona dan Paris kali ini merupakan perjalanan yg sangat berkesan, selain karena perjalanan ini adalah perjalanan terakhir saya dengan status sebagai single, perjalanan itu juga merupakan traveling terlama yg pernah saya alami, dan yg terpenting adalah bagaimana saya bisa mendapatkan the priceless things selama saya melakukan perjalanan itu.
So let’s we talk about Paris yang ternyata tidak hanya kota untuk para pencari romantisme bersama pasangan, ternyata Paris juga cukup bersahabat bagi para lonesome traveler, para independent traveler yg kemana2 sendirian termasuk diriku ini :D. Well, menikmati Paris buat saya bukan hanya foto2 di Menara Eiffel, Nonton Moulin Rouge, dateng ke Versailles, belanja2 di Champs Elysse, Foto2 di Arc de Triomphe dll dll, but yes indeed saya juga mengunjungi tempat2 itu, tapi buat saya sisi lain Paris ternyata jauh lebih memikat, that’s what i call the priceless experience.
Seperti saat saya menikmati keindahan Eiffel, selain menikmati keindahan si menara itu, saya juga menikmati aktifitas para touris dan parisian di taman sekitar menara. Yeah, salah satu keunggulan kota2 di Europe adalah adanya taman di banyak penjuru kota, ngga kaya Jakarta yg sudah di “kuasai” oleh mall *sigh
Atau saat saya menikmati street dance performance di Champs Elysse dan Notre Dame. Saat saya menghabiskan seharian di Louvre Museum. Menikmati keindahan dome di Grand Lafayette. Atau saat saya menyeruput sekaleng diet coke seharga 3,3 Euro di atas atap sebuah restoran di Grand Lafayette hanya untuk menikmati keindahan Paris from the rooftops. That’s awesome, isnt it?
Menurut saya pengalaman2 seperti itu ditambah pengalaman2 yang not too touristy seperti pengalaman belanja bahan2 makanan untuk kita masak sendiri di dapur hostel, atau pengalaman mencari resto atau cafe yg murah meriah tapi enak, pengalaman naik turun metro, aktifitas “lost in translation” ngedengerin orang2 ngomong in french tanpa kita tau artinya sama sekali (well, i believe french is the most sexiest language in the world hehe)atau menikmati beragam aktifitas di sebuah taman itu, itu semua adalah priceless things, not too touristy and beyond traveling 🙂
Dan pengalaman paling berharga bagi saya selama di Paris adalah pengalaman menginap di hostel backpacker di area sekitar Gard Du Nord, you know tidur sekamar ber – empat atau ber – tiga dengan sesama traveler yang ngga kita kenal sama sekali. Pengalaman berharga karena di hostel kecil itulah saya bertemu dengan sesama traveler dari seluruh penjuru dunia, mendengarkan cerita2 yang menakjubkan tentang perjalanan mereka. Dan menjalin persahabatan. I’m proud to introduce you guys with: Yumi, seorang wanita pemberani dari Jepang, yang sudah menjelajahi tempat2 yang sepertinya tidak terlalu menarik bagi tourist: seperti misalnya Slovenia! Mike dari US, seseorang yang sedang berjuang menghadapi kanker yg sedang menyerang tubuhnya dan meyakini bahwa traveling itu adalah salah satu cara untuk bisa memahami arti kehidupan, Jenny dari Jerman, wanita pemberani lainnya dan John dari Australia, seseorang guru yg sedang traveling keliling Eropa untuk 3 bulan lamanya. Mengasyikkan ternyata bisa ngobrol dan bertukar pikiran dengan mereka dari mulai obrolan yg remeh temeh, sampai pembicaraan tentang cross culture, faith dll. Tapi kami sepakat bahwa traveling adalah salah satu cara untuk bisa belajar toleran, memahami perbedaan budaya di tiap negara yg kita kunjungi. Belajar untuk tidak berpikir sempit, dan belajar untuk menafikan rasisme sama sekali dari otak kita. Dan Paris, ibukota negara dimana Revolusi Perancis pernah berlangsung ratusan tahun yang lalu menjadi lokasi yg pas untuk memahami arti: Liberte – Egalite – Fraternite: Freedom, equality and brotherhood. Bahwa manusia itu berhak atas kebebasan (freedom), diciptakan sama = (Equal) dan bersaudara (brotherhood) 🙂
Merci Beaucoup, Paris 🙂
Salam pak Indra!
Wow, pengalaman yang fantastis yang pak ceritakan!
Saya jadi tambah semangat untuk kembali pe paris lagi tetapi dengan mempunyai sudut pandang yang berbeda….
Wish me luck!