Hm, pernah denger kisah si Kabayan? Kisah seorang cowo sunda yang diperankan dengan baik oleh Didi Petet. Cowo ini digambarkan sangat lugu (ungkapan eufimisme dari bloon). Well, dulu gw sangat menggemari film itu. Lucu dan menghibur soalnya. Dan secara gw itu juga urang sunda asli, bokap dari Garut dan Nyokap dari Purwakarta. Well, sayangnya sampai sekarang kalo satu film atau sinetron ingin menggambarkan sesosok lelaki yang lugu, culun, bloon, dan rada kampungan, sutradara tinggal memberikan satu sosok lelaki dengan pakaian ala kabayan dan logat sunda! Lucu? Hm, dulu sih rasanya gw pasti akan bilang itu lucu, tapi kalo dipikir2 ya kok jadi ironis juga yah. Serasa mentertawakan sesama orang Sunda.
Anyway, stereotype itu memang seperti merendahkan satu suku, golongan tertentu. Contohnya? Banyak lah, ga usah gw sebutkan satu – satu. Yang menjadi masalah adalah ketika stereotype itu menjadi referensi kita dalam memahami orang lain.
Ahh itu mah perasaan aja…..sebetulnya orang tak mengkaitkan seperti itu.
Jika TK, kenal Pipi, yang dari Lumajang…kayaknya angkatan 99, sekarang di Bank Mandiri.
Mereka tiga bersaudara lulusan kampus gajah semua, yang bungsu (adiknya Pipi), temen dan sahabat anakku si bungsu…..
Maka mari belajar berbaiksangkalah kita… 🙂
Kebetulan mampir, lagi jalan-jalan nich, Mas…