Well, “marah” itu bisa dibagi menjadi dua. Yaitu marah yang bisa membuat kita melakukan sesuatu yang kontraproduktif atau malah “marah” yang bisa memotivasi kita. Hm, itu menjadi pilihan kita walaupun kenyataannya kita, termasuk gw, masih sering terjebak dalam “marah” yang kontraproduktif.
Marah yang kontraproduktif bisa bermula dari hal – hal yang sepele, seperti ledekan dll. Dulu di kampus gw, pernah terjadi perkelahian hebat antara Mesin dan Elektro gara – gara pertandingan bola. Dan hasilnya? Ada seorang mahasiswa Mesin yang akhirnya meninggal gara – gara tawuran massal itu dan berimbas sehingga teman2 dari Elektro ngga bisa tenang berkuliah dalam kurun waktu hampir 1 tahun.
Lho “marah” yang bisa memotivasi kita itu marah yang kaya gimana? Gini, gw kasih satu ilustrasi:
Ketika kita dilecehkan oleh seseorang karena status sosial, ras, dll, kita bisa memilih untuk marah atau malah menjadikan itu menjadi salah satu motivasi kita untuk lebih baik dari orang yang melecehkan kita tersebut. Ketika Samuel Eto’o seorang bintang sepakbola dari Kamerun yang bermain di FC Barcelona mendapatkan ejekan yang bernada rasis pada suatu pertandingan di kandang klub lawan, yang dia lakukan adalah aktif bergabung di kampanye anti rasisme dalam sepakbola dan membungkam para pengkritiknya itu dengan gol – gol yang dia buat. Dalam satu pertandingan, ketika dia berhasil membuat satu goal ke gawang lawan yang selama ini banyak melecehkannya. Dia malah merayakan gol tersebut dengan bergerak seperti (maaf) seekor monyet, hm membalas pelecehan yang kita terima dengan sesuatu yang kongkrit jauh lebih bernilai, bukan?
Ketika dalam perjalanan kami membangun perusahaan ini, ngga sedikit kata – kata negatif yang gw terima. Namun gw terus bertekad untuk someday membuktikan bahwa apa yang selama ini mereka katakan itu salah! Dan salah besar kalo dengan kata – kata negatif itu bisa membuat gw mundur, dan patah semangat. Justru hal itu adalah salah satu motivasi gw untuk meraih kesuksesan, amiin.