Malam minggu kemarin karena ga ada kerjaan, gw ngebrowse dan akhirnya malah chatting sama temen gw, Diah a.k.a Marbun a.k.a Bun – si ratu chatting (hai Bun!). Yah, sebagai sesama jomblo, kami harus saling menguatkan tekad! Lho?
Awalnya kami ngobrol2 biasa aja sampai akhirnya kami terlibat dalam satu diskusi yang menurut gw cukup menarik. Diskusi itu dibuka dengan pertanyaan dia seperti ini:
“Ndra, gw tanya deh apa sih yang elo cari dari seorang cewe? Muka cakep, body sexy, smart, atau apa? “
Seperti biasa, gw mendeskripsikan tipe cewe yang gw inginkan sekarang “Well, gw suka cewe smart, tough, dan yang penting chemistrynya musti ada. Yah, ga jauh dari vie deh!”
Trus dia tanya lagi “ehm, apa sih yg lo suka dari mba vivi?”
Gw jawab “Karena dia itu gorjes, smart, very supportive, she has great sense of humour, chemistry kami ada banget dan she know how to treat a man!”
Dia tanya balik “Kalo ada cewe yg mirip sama mba vivi, elo mau pacaran sama dia?”
Trus gw bilang “pertanyaan yang cerdas!” Dan to be honest, gw ga tau”
Chatting malam itu terus berlanjut, tapi pertanyaan dia itu benar2 bikin gw berpikir. Hm, bener juga ya. Apakah kalo ada seseorang yang mirip banget sama vie akan serta merta membuat gw tertarik sama dia automatically? Gw langsung teringat itu karena beberapa waktu yang lalu, gw pernah dekat dengan seseorang. She’s smart, lucu, dan dia bisa buat gw nyaman. Hm, tapi anehnya gw ga tertarik samasekali untuk proposed her to be my girl. How come? Bukankah she’s so vie?
Well, malam itu gw sampai pada kesimpulan bahwa kita ga bisa membuat love itu sama seperti ilmu pasti karena tentu ada perasaan yang bermain disitu. No mater she has anything that you expect from a girlfriend or a wife. Tapi kalo perasaan kita bilang ngga, ya ga bisa jadi cinta juga kan?
setuju indra, yang klik aja belum tentu jadi/jodoh apalagi yang enggak kan?