Para perokok pasif adalah orang yang paling dirugikan ketika banyak perokok dengan seenaknya merokok di ruang publik. Hal ini sering banget gw alamin ketika berada di ruang publik. Gw kepaksa menghirup racun2 yang terkandung dalam asap rokok, ibarat ketibang pulung. Pagi ini, gw baca berita di detik.com, secara bertahap rokok akan diharamkan oleh MUI. Mustinya sih dari dulu yah, yang namanya rokok itu diharamkan.
Well, sejak kecil gw memang ngga merokok. Dulu awalnya gw ngga merokok karena memang uang jajan yang dikasih orang tua ngepas banget. So, sayang banget uang yang pas2an itu cuma habis dibakar. Mending buat biaya pacaran deh, he3x. Pun, sekarang ketika gw sudah punya uang sendiri gw masih tetap ngga merokok. Selain karena alasan kesehatan, gw ngga ikhlas aja ketika uang yang gw peroleh secara susah payah dibakar secara percuma.
Terlepas dari fatwa haram MUI ttg rokok, menurut gw sih sepanjang merokok itu tidak dilakukan di ruang publik silahkan saja. Itu hak pribadi masing – masing orang. Namun, to be honest gw paling benci ngeliat orang yang selalu mengeluhkan kondisi keuangan finansialnya tapi dia masih aja mau menyisihkan uangnya yang cuma sedikit itu buat rokok. Hm, coba aja dia mau mengerem kebiasaan merokoknya itu. He can save at least 10 thousands a day. Kalo dikali 30 hari, bisa dapet angka 300 ribu sebulan. Itu sudah cukup untuk meningkatkan taraf kehidupan keluarganya. Orang – orang kaya gitu banyak, coba aja liat disekitar kita. Ada tukang bubur langganan gw, penjual mie goreng depan komplek, sopir angkot, dll. Ironis, mereka semua perokok, padahal kita tau lah berapa sih penghasilan mereka seharinya (sigh)
Tapi, dasar perokok. Seribu macam alasan selalu bisa dibuat untuk melegitimasikan kebiasaan merokoknya itu (sorry bro bro yang perokok, he3x)