Haji adalah rukun Islam ke lima, yang hukumnya wajib bagi orang yang mampu, baik mampu secara fisik dan mampu secara finansial. Walapun Allah hanya mewajibkan Haji bagi orang2 yang mampu, setiap Muslim pasti mempunyai cita – cita untuk minimal sekali dalam hidupnya untuk bisa pergi ke Kota Suci dan menyempurnakan komitmen KeIslamannya. Menyaksikan Ka’bah yang suci dan menapaktilasi perjalanan para Nabi yang Agung dalam mewujudkan agama ini tetap tegak. Well, walaupun gw bukan orang yang religius, sama seperti kaum Muslim lainnya gw pun punya cita – cita untuk bisa pergi kesana suatu saat nanti dan motivasi terbesar gw saat ini adalah mensupport niat orang tua gw untuk bisa pergi haji di tahun depan, amiin.
Anyway, minggu2 ini para Haji sudah mulai meninggalkan Tanah Suci untuk kembali ke negaranya masing – masing. I wonder, apakah para Haji itu sudah menyadari betapa orang – orang mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap mereka? I mean, ekspektasi bahwa setiap Haji itu seharusnya bisa lebih baik dalam menjaga hubungan dengan Tuhan dan dengan sesama manusia. Bukankah 40 hari di tanah suci seharusnya bisa membuat mereka merenung dan berkontemplasi untuk menjadi manusia yang lebih baik? Bukankah Haji itu seperti kawah candradimuka untuk membentuk orang – orang yang shalih dan berakhlak mulia? Manusia yang selalu mensyukuri nikmat Allah, manusia yang beremphaty terhadap setiap manusia lainnya, manusia yang lebih dewasa, manusia yang tidak sombong, manusia yang menyadari bahwa memakan hak orang lain itu adalah korupsi dan tercela. Ah, dunia memang sudah sakit. Lihat saja kenyataan di negeri ini, haji menjadi semacam proyek yang mempunyai banyak celah untuk korupsi.
Selamat datang, Haji. Semoga mendapatkan haji mabrur yang sebenar – benarnya.