He said “Wah ndra, kalo tau akhirnya bisa jadi kaya gini, mending gw ga usah punya kartu kredit aja deh” Kalo emang lagi ga punya uang, ya jangan memaksakan diri untuk beli sesuatu”
Trus dia bilang gini “Kalo cicilan hutang kartu kredit gw dah closed, gw akan stop, gw robek kartunya dan gw mau jadiin kalung, he3x!”
Gw ikut ketawa sambil bersyukur dalam hati, untung gw ga pernah punya kartu kredit.
Well, ingat kartu kredit, ingat waktu gw ikut workshop Entrepreneur yang diadakan oleh salah satu komunitas entrepreneur. Salah satu mentornya bilang gini “Kalo lagi ngerintis usaha, jangan pernah punya kartu kredit. Kalo dah terlanjur punya jangan pernah dipake untuk kredit konsumtif!”. Anyway, kredit konsumtif yang dia maksud adalah kredit yang kita peroleh untuk mendapatkan sesuatu yang tidak bisa kita manfaatkan untuk menghasilkan uang. Contoh kredit TV, mobil, motor, pakaian, dll. Tapi kalo misalnya kendaraan yang kita cicil itu bisa kita manfaatkan untuk mendukung kegiatan kita dalam mencari uang atau memangkas biaya ekonomi operasional kita sehari – hari, itu jadi lain cerita.
Nah, masalahnya adalah kebanyakan penggunaan kredit di negara kita kan untuk kredit yang sifatnya konsumtif. Kenapa? Karena salah satu ciri bangsa kita adalah bangsa yang suka berbelanja. Coba aja liat kondisi mall, trade centre dll kalo lagi ada SALE. Pasti akan penuh sesak. Padahal belum tentu barang yang dia beli itu emang barang yang dia butuhkan. Hm, memang kita masih suka susah membedakan antara keinginan dan kebutuhan, right?
Well, gw sendiri memutuskan untuk tidak pernah menggunakan kartu kredit. At least sampai gw merasa gw bisa mengontrol diri sendiri untuk tidak tergiur dengan barang – barang konsumtif atau sampai gw memang perlu punya, misalnya kalo gw sering pergi ke luar negeri dll. Selama hal itu tidak terpenuhi, gw akan memilih untuk bertransaksi dengan cara konvensional, cash atau di debit dari rekening gw.
No Credit Card, No Debt, I’m Happy!