Gw pun pernah punya pengalaman yg sama, pertama ketika gw berpartner dengan salah satu teman kuliah gw (satu angkatan pula) untuk bersama – sama membuka satu usaha di bidang kuliner. Gw menjadi salah satu investornya dan dia menjadi pengelolanya. Lagi – lagi karena gw begitu percaya dengan dia dan pertemanan diantara kami, hubungan bisnis itu tidak di “tuangkan” dalam satu perjanjian legal diantara kami. Awalnya bisnis kami berjalan lancar – lancar saja, setiap bulan dia memberikan laporan keuangan, perkembangan usaha kami serta profit sharing yang sudah menjadi hak gw. Hal itu berjalan lancar kurang – lebih selama 10 bulan, dan setelah itu aga mulai ga beres. Dan tentu gw coba menanyakan terus perkembangannya, sampai suatu saat ketika gw ngerasa ada hal yang kurang akhirnya gw memutuskan untuk menghentikan kerjasama itu dan berniat menarik semua modal yang sudah gw investasikan, tentu dengan cara yang baik – baik dan kekeluargaan. Tapi janji tinggal janji karena sejak tepat setahun yang lalu ia tidak pernah bisa dikontak sama sekali, menghilang tanpa jejak. Well, yang bikin sakit selain karena uang yg gw investasikan itu benar – benar hasil jerih payah gw selama ini, gw ga pernah menyangka bakal diperlakukan seperti ini oleh teman baik gw sendiri.
Pengalaman yang kedua, baru – baru ini terjadi. Gw kenal orang ini berawal ketika sama – sama aktif di satu organisasi. Kami cepat akrab karena gw ngeliat dia tipe orang yang supel & mudah bergaul. Singkatnya, gw ngajak dia bergabung di perusahaan gw. Tapi ternyata setelah beberapa bulan gabung, belangnya mulai keliatan. Amanat yg gw percayakan dia langgar dan ternyata temen – temen satu organisasi juga pernah ”ditipu” oleh orang ini. Bahkan, uang organisasi kami yg dipakai untuk salah satu kegiatan yang kebetulan diamanatkan kedia jadi ga jelas juntrungannya. Puncaknya, karena kami merasa orang ini sudah ngga bisa lagi ditoleransi, hari selasa yang lalu aku bersama ketua umum kami menandatangani SK pemecatan yang bersangkutan.
So, menurut gw hubungan bisnis dengan siapapun even itu dengan teman, keluarga, pacar, bahkan istri/suami kita sebaiknya tetap harus dibuat diatas satu perjanjian yang sah dimata hukum. We never knew what will happen in the future. So, perjanjian hukum itu malah sebagai bukti komitmen kita masing – masing supaya kita selalu menghormati kesepakatan bisnis yang sudah dibuat. Lebih baik clear dari awal untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan di kemudian hari.
Gw sih selalu berpikiran positif kepada siapapun, tapi seperti kata bang Napi bilang “kejahatan terjadi bukan hanya dari niat pelaku, tapi juga dari kesempatan” Waspadalah..waspadalah.